Jumat, 21 Oktober 2011

Planet Asing itu Punya Ekor Komet

Share this history on :
Planet Berekor
Ilustrasi planet berekor. Kredit : NASA, ESA, and G. Bacon (STScI)
Di Tata Surya, obyek berekor memang hanya ditemui untuk obyek-obyek kecil seukuran komet. Namun di luar Tata Surya, ternyata keberadaan obyek yang terpanggang seperti halnya komet benar-benar ada. Obyek yang baru ditemukan oleh Hubble ini merupakan sebuah planet gas raksasa yang berada dekat dengan bintang induknya. Akibat keberadaan yang dekat inilah, si bintang membakar atmosfer planet tersebut sehingga ia terlepas ke angkasa dan tampak selayaknya planet berekor.
Planet bernama HD 209458b yang juga disebut sebagai planet komet, dipotret oleh Hubble dengan menggunakan Cosmic Origins Spectrograph (COS). Dalam citra yang diambil tersebut teridentifikasi angin bintang sangat kuat yang menyapu dan kemudian membuang materi atmosfer ke balik planet yang hangus tersebut sehingga membentuk ekor komet.
Planet berekor ini terletak pada jarak 153 tahun cahaya dari Bumi, dengan massa sedikit lebih “ringan” dibanding Jupiter dan mengorbit 100 kali lebih dekat dari planet jovian tersebut. Planet yang hangus terbakar ini mengitari bintangnya hanya dalam 3,5 hari. Dan jika dibandingkan dengan Merkurius di Tata Surya, planet terdekat dengan Matahari membutuhkan waktu lebih panjang yakni 88 hari untuk menyelesaikan satu putarannya.
Massa Yang Hilang
Sejak tahun 2003, para ilmuwan telah membuat teori mengenai kehilangan massa yang kemudian beralih menjadi ekor. Akan tetapi, teori akan tetap menjadi teori jika tak ada pembuktian. Penemuan planet komet ini sekaligus menjadi bukti pertama teori tersebut.
Pengukuran dilakukan pada gas yang muncul dari planet dengan kecepatan tertentu yang sebagian di antaranya mengarah ke Bumi. Interpretasi yang bisa dibuat adalah para peneliti berhasil mengukur kecepatan materi di dalam ekor.
Atmosfer si Planet Berekor
Planet extrasolar merupakan salah satu kajian yang secara intensif diteliti, karena tak pelak bidang yang satu ini terkait erat dengan dunia asing yang bisa diamati ketika sang planet alien tersebut melintas di depan bintangnya.  Untuk planet berekor ini, Jeffrey Linsky dari University of Colorado di Boulder beserta timnya menggunakan COS untuk menganalisa atmosfer planet selama terjadinya transit.
Selama transit, para astronom mempelajari struktur dan susunan kimiawi atmosfer planet tersebut dari cahaya bintang yang melewatinya. Pada kondisi transit, cahaya bintang akan mengalami kedipan atau meredup sejenak akibat melintasnya planet tanpa memperhitungkan keberadaan atmosfer sangatlah kecil hanya skeitar 1,5%. Jika atmosfer juga diperhitungkan, kedipan ini akan menjadi 8%.
Dalam pengamatannya, COS mendeteksi keberadaan elemen berat seperti karbon dan silikon pada atmosfer planet yang super panas yakni 1093 Celcius.  Dari pendeteksian inilah diketahui kalau bintang induk memanaskan aka membakar seluruh permukaan atmosfer, mengeruk elemen berat dan menyebabkan elemen-elemen tersebut lepas dari planet.
Data COS juga menunjukkan, materi yang meninggalkan planet tidak semuanya berkelana pada kecepatan yang sama. Ditemukan juga gas yang lepas pada kecepatan tinggi. Bersama sejumlah besar gas yang ada di dalamnya, mereka melaju dengan kecepatan 22000 mil per jam terhadap  Bumi. Sejumlah besar gas yang mengalir ini diperkirakan merupakan gas yang tersapu oleh angin bintang dan membentuk ekor komet yang bergerak mengikuti planet.
Menurut Linsky, “Planet ini memang ekstrim dan masih terus terpanggang oleh bintangnya. Namun tak berarti ia akan segera hancur. Planet komet ini masih butuh waktu trilyunan tahun bagi planet HD 209458b untuk mengalami penguapan.

0 komentar:

Posting Komentar